Penerjemah: Biko Nabih Fikri Zufar
Editor: Balqisnab
Penata Letak: Nabeela
Desain Sampul: Vaghov
x+188 hlm, 14x20cm
Pada 1990-an, musik punk mulai masuk ke dalam masyarakat Indonesia. Bertepatan dengan perjuangan politik nasional melawan rezim Orde Baru Presiden Soeharto, punk dengan cepat diadopsi sebagai titik temu mengekspresikan ketidakpuasan terhadap pemerintah represif saat itu. Pada 2018, dua dekade setelah jatuhnya Soeharto, punk terus memikat dengan sikap bebas, gaya non-konformis, dan etos independennya. Namun di Jawa, pulau sentral di Indonesia, punk memiliki fungsi baru dan agak tidak terduga: dakwah. Tren muslim punk mengungkapkan bahwa kelompok agama konservatif mengadopsi etos punk dan citra pendakwah, bahwa semakin banyak punk menjadi otoritas agama, dan bahwa pasar yang berkembang menjadikan simbol punk dan Islam menjadi komoditas. Saling pengaruh aneh antara punk dan Islam menimbulkan banyak pertanyaan tentang apa artinya menjadi punk dan menjadi muslim, tidak hanya di era budaya konsumen dan globalisasi, tetapi juga di saat kebangkitan Islam.